Between Future and Past—But Not Now
This fiction based on Sunggyu’s MV – 60 Seconds. I didn’t own anything.
Titik-titik air hujan itu mulai menipis dan menghilang. Myungsoo lantas menangkupkan payung hitam kesayangannya seraya sedikit mengibaskan air hujan yang masih tertinggal di payung tersebut. Kala itu ia sedang berjalan di persimpangan jalan di daerah Hongdae. Ia tersenyum melihat sekilas mata orang-orang yang berpapasan dengannya. Ia bisa melihat hal yang menarik di mata orang-orang itu. Namun saat ia tak sengaja melihat mata seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah cafe, ia tertegun. Belum pernah ia melihat yang seperti ini. Dalam mata gadis itu, ia melihat dirinya. Detik kemudian ia merasakan hatinya memberi reaksi yang aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun tiba-tiba ada percikan air yang membuatnya tersadar dari “lamunannya”. Dan saat itu pula gadis yang ia pandangi kembali masuk ke dalam cafe. Sepertinya gadis itu adalah pekerja di cafe itu—dilihat dari celemek hitam yang melekat pada pinggangnya. Myungsoo pun tanpa pikir panjang mengikuti gadis itu—masuk ke dalam cafe.
Di dalam cafe Myungsoo termenung. Mengingat kembali apa yang ia lihat dalm mata gadis itu beberapa saat tadi. Ia melihat dirinya memasak bersama dengan gadis itu di dapur apartementnya. Mereka terlihat sangat bahagia. Myungsoo membenarkan cara memotong gadis itu yang terlihat sangat kaku. Ia pun yang meneruskan masakan mereka, sedang gadis itu hanya menontonnya melakukan kebolehannya dalam memasak. Saat masakan itu sudah siap untuk dinikmati, gadis itu menyuapinya. Menunggu komentarnya dengan was-was. Padahal ia yang memasak bukan gadis itu. Aneh memang. Tapi melihat reaksinya mengatakan kalau masakan mereka berhasil gadis itu pun tersenyum dan menerima suapan darinya. Ia menyeka belepotan gadis itu. Dan gadis itu kembali tersenyum. Dengan gemas Ia mengacak rambut gadis itu dan mereka tertawa bersama. Myungsoo tersenyum melihat itu semua. Ia kembali menatap gadis itu—yang kini entah sibuk apa di belakang meja counter.
Myungsoo kembali melihat hal yang menyenangkan di sana. Ia melihat gadis itu tertidur di pangkuannya sementara ia sendiri membaca buku. Ia mengusap kepal gadis itu dengan sayang. Namun lagi-lagi ada hal yang menghentikan “lamunannya”. Seorang pelayan datang menanyakan pesanannya. Setelah ia mengatakan pesanannya lantas pelayan itu pergi, dan ia kembali menatap gadis yang masih sibuk di balik meja counternya. Ia lagi-lagi melihat kebahagiaannya dengan gadis itu. Ia menghela napasnya dan tertunduk. Ini bagian yang paling tidak ia sukai dari “lamunannya” itu. Ia melihat cincin yang sederhana yang melingkar di jari manisnya. Ia mengelusnya sembari melihat lanjutan dari “lamunannya”. Kala itu Myungsoo dengan sengaja memamerkan cincin itu pada gadis itu. Hingga gadis itu pun mempertanyakan cincin apa yang sedang Myungsoo pakai. Myungsoo hanya tersenyum. Tangannya merogoh sesuatu di kantong coat-nya. Sebuah cincin yang sama dengan yang dipakainya. Ia lantas memakaikannya di jari manis gadis itu. Dan mereka pun tersenyum melihat jari mereka yang kini terlihat indah dengan cincin yang cukup sederhana itu.
Myungsoo masih tertunduk memandangi cincinnya saat gadis itu mengantarkan secangkir kopi di mejanya. Dan ketika gadis itu beranjak menjauh dari mejanya, Myungsoo kembali tenggelam di “lamunannya” yang mulai memasuki babak yang membuatnya miris. Entah apa yang terjadi dengan hubungannya dengan gadis itu, yang jelas ia bisa melihat betapa dirinya frustasi saat itu. Ia melihat gadis itu melepas cincin yang diberikannya dan mengembalikannya pada dirinya. Maka semakin terpuruklah Myungsoo saat itu. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi yang membuncah. Kemudian Myungsoo tak tahan lagi dengan apa yang ia lihat. Ia pun bangkit dari kursinya dan melepas cincinnya dan menaruhnya di atas meja. Kemudian beranjak meninggalkan cafe itu.
Gadis itu melihatnya. Cincin yang ditinggalkan oleh Myungsoo. Ia lantas mengambilnya dan memanggil Myungsoo. Myungsoo menghentikan langkahnya dan berbalik ketika gadis itu menepuk pundaknya. Ia melihat cincinnya berada di tangan gadis itu.
“Anda meninggalkan ini, Tuan.” Begitu ucap gadis itu. Dan saat mata gadis itu bertemu dengan mata Myungsoo, gadis itu terpaku. Ia melihat sesuatu di sana. Di saat hujan, saat ia akan pulang dari cafe, Myungsoo menjemputnya dengan payung hitam kesayangan lelaki itu. Di sana ia tersenyum bersama Myungsoo. Ia tidak mengerti. Padahal itu semua belumlah pernah terjadi. Bertemu dengan Myungsoo saja baru kali ini. Ia sudah terbiasa melihat peristiwa masa lalu seseorang, tapi kali ini ia sungguh tidak mengerti. Myungsoo bukan masa lalunya. Tapi semua itu seolah sudah terjadi. Ia bahkan dapat melihat hal yang menyedihkan di mata Myungsoo. Ia semakin tertegun memandangi cincin yang kini berada di tangannya—yang beberapa detik yang lalu Myungsoo menolak cincin itu saat ia ingin mengembalikannya, lelaki itu justru menangkupkan tangannya. Air matanya menetes tanpa izinnya. Seperti ia merasakan sebuah penyesalan yang amat besar dalam hidupnya. Tentang kisahnya bersama lelaki itu. Dan di saat yang bersamaan, Myungsoo telah keluar dari cafe dengan wajah dinginnya. Ia melangkah pergi dengan tatapan yang kosong di bawah payung hitamnya. Hujan telah kembali turun.
—The End—